Sabtu, 01 Januari 2011

TNI Dalam pandangan dunia

Atraksi Debus Prajurit Garuda Memukau Tentara PBB di Lebanon

(Adshit Al Qusayr, 22/2) Bagi sebagian besar warga Indonesia, atraksi Debus bukanlah sesuatu yang aneh. Tapi apa jadinya bila atraksi tersebut dimainkan di Lebanon dan disaksikan pula oleh tentara PBB dari berbagai negara? Tentu saja ceritanya akan sangat berbeda.

Penampilan perdana atraksi tradisional Banten di wilayah misi PBB Lebanon Selatan (UNIFIL) ini merupakan salah satu dari beberapa atraksi dalam demo keterampilan yang ditampilkan oleh para prajurit Yon Mekanis TNI Kontingen Garuda (Konga) XXIII-B dalam rangka Konferensi bulanan Bintara Kontingen (Regimental Sergeant Major Conference) yang kali ini berlokasi di Markas Indobatt UN Posn 7-1 Adshit Al Qusayr. Atraksi lainya ialah Kata Karate “Emphie” Beregu, Kata Karate “Teki Shodan” dengan variasi permainan Double sticks, sulap dan Olah tenaga dalam dari aliran Silat “Kera Sakti”.

Applaus meriah selalu mewarnai setiap usainya suatu atraksi oleh prajurit-prajurit Garuda. Namun suasana mencekam sempat tercipta terutama pada saat Pratu Marsudi memainkan atraksi debusnya. Beberapa prajurit Belgia sempat bergidik dan bahkan memejamkan mata sewaktu menyaksikan atraksi tersebut. “It’s very scary!” sungguh mengerikan, demikian komentar 1st Warrant Officer (Pembantu Letnan Satu) Van Lishout dari Belgia. Tetapi tidak sedikit pula tentara PBB dari negara lain yang salut dan terheran-heran dengan “kesaktian” prajurit-prajurit Merah Putih ini. “Amazing!”, itulah pujian yang meluncur dari sebagian besar peserta konferensi yang hadir, yaitu dari kontingen Ghana, Italia, Prancis, Korea, Spanyol, Polandia, Belgia, Turki dan India. 1st Sergeant (Sersan Satu) Grassanodari Italia sampai berulang kali mengucapkan “It’s magic, I have never seen like this before!”. Lalu sebagai atraksi penutup, Force Sergeant Major (FSM) UNIFIL Master Warrant Officer (MWO) Daniel Abu Yaw dari Ghana diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam olah tenaga dalam silat “Kera Sakti”. Abu Yaw dipersilahkan memecahkan biji kemiri hanya dengan segulung koran. Walau sudah sekuat tenaga ia berusaha menghantam kemiri tersebut, tetap saja masih utuh. Namun apa yang terjadi saat Sertu Eko Priyono anggota XXIII-B yang melakukannya? Kemiri itu langsung hancur berkeping-keping! Sontak Abu Yaw dan para hadirin bertepuk tangan sambil menggeleng-gelengkan kepala tanda takjub.

Acara kemudian dilanjutkan dengan rapat dan diskusi yang dipimpin langsung oleh MWO Abu Yaw. Masalah yang mengemuka terutama terkait isu HIV/AIDS dan sexual abuse (kekerasan/kejahatan seksual). Abu Yaw menekankan agar setiap Bintara Kontingen bertanggung jawab terhadap sosialisasinya sehingga tidak ada satu pun anggota kontingen yang terkena masalah ini karena Markas PBB di New York telah menetapkan kebijakan “zero tolerance” dimana bagi prajurit yang bersangkutan akan langsung dipulangkan ke negaranya dan diproses sesuai hukum yang berlaku.

Dansatgas Yon Mekanis TNI Konga XXIII-B Letkol Inf A M Putranto, S.Sos dalam amanatnya pada saat pembukaan konferensi berharap agar para Bintara Kontingen yang hadir dapat bahu membahu bekerja sama dalam menciptakan perdamaian di wilayah Lebanon Selatan sesuai mandat resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701. Konferensi ditutup dengan doa bersama oleh Komandan Seksi Markas Batalyon (Dansima) Konga XXIII-B Serka Andi Syarifudin dilanjutkan dengan acara makan siang bersama dengan hidangan khas Indonesia yang lagi-lagi mengundang pujian dari peserta konferensi karena dirasa sungguh nikmat dan lezat.



Sumber: Kapten Chb Sandy M. Prakasa/ Lebanon